SKRIPSI
VERY FADLY
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2012
MOTTO
Tidak ada
pendidikan yang lebih baik dari pada kesukaran. Untuk itu kegagalan yang
berawal dari kesukaran adalah kesempatan untuk memulai lagi dengan lebih
pandai.
Kupersembahkan
karya tulis ini untuk Tuhan yang Maha pemurah yang telah menghembuskan nafasku,
untuk Ibunda yang telah
memberikan cinta
dan kehidupan,
dan untuk Ayahanda
yang tak
pernah letih
mengajarkan
ABSTRAKSI
VERY FADLY. 2012. HUBUNGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT LENGAN DAN
KELENTUKAN TOGOK TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA KUPU-KUPU PADA ATLET RENANG
KOTA MAKASSAR, Skripsi, Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkapkan tentang hubungan antara kekuatan otot tungkai, kekuatan otot
lengan dan kelentukan togok dengan kecepatan renang gaya kupu-kupu pada atlet
renang kota Makassar.
Penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan rancangan korelasional, Populasinya adalah Atlet
Renang Kota Makassar, secara random Sampling terpilih sampel sebanyak 30 orang
Atlet Renang Kota Makassar. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi
tunggal ( r ) dan korelasi ganda ( R ), pada taraf signifikan 95%.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa, (1) Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan
otot tungkai dengan kecepatan renang gaya kupu-kupu, terbukti nilai r hitung
(ro) = 0,745 ( Pvalue < a 0,05 ), (2) Ada
hubungan yang signifikan antara kekuatan otot Lengan dengan kecepatan renang
gaya kupu-kupu, terbukti nilai r hitung (ro) = 0,830 ( Pvalue < a 0,05 ), (3) Ada
hubungan yang signifikan antara kelentukan togok dengan kecepatan renang gaya
kupu-kupu, terbukti nilai r hitung (ro) = 0,826 ( Pvalue < a 0,05 ), (4) Ada
hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan
kelentukan togok kebelakang secara bersama-sama dengan kecepatan renang gaya
kupu-kupu, terbukti nilai R hitung (Ro) = 0,856.
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji syukur atas
kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, meskipun sangat sederhana. Skripsi ini ditulis
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Makassar.
Pada saat menempuh prosedur penelitian
dan penyusunan Skripsi ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan, tetapi
bimbingan dan motivasi yang diperoleh dari berbagai pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini. Untuk itu melalui karya tulis ilmiah ini, penulis
mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada :
1. Bapak
Drs.H.Arifuddin Usman. M.Kes. dekan FIK
UNM Makassar atas persetujuan judul sehingga penelitian penelitian ini dapat
terlaksana sesuai rencana.
2. Bapak Drs. Nadwi Syam, M.Kes. Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan
Olahraga yang banyak membantu, sehingga penelitian ini dapat terlaksana sesuai
rencana.
3. Bapak Dr. Ahmad Rum Bismar, M.Pd. Sebagai pembimbing I
yang senantiasa memberikan motivasi dan petunjuk kepada penulis dalam penyusunan
Skripsi ini.
4. Bapak Amri Rahman, Lc, M.Pdi.
sebagai Pembimbing II yang senantiasa memberikan motivasi dan petunjuk kepada
penulis dalam penyusunan Skripsi ini.
5. Teristimewa
Ayahanda dan Ibunda tercinta serta kakak-kakakku yang senantiasa memberikan do’a
restu, motivasi demi keberhasilan penulis.
6. Semua
pihak yang tidak sempat disebutkan namanya, atas bantuannya baik secara
langsung ataupun tidak langsung.
Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih terdapat berbagai kelemahan, sehingga sangat
diharapkan saran dan kritikan yang konstruktif untuk menyempurnakan skripsi
ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi Guru Olahraga, dan
Pihak-pihak yang berkepentingan untuk kemajuan olahraga.
Makassar, Juli 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam kehidupan manusia olahraga mempunyai arti dan
makna sangat penting, karena olahraga dapat memberi manfaat yang
sebesar-besarnya dalam kehidupan. Salah satu tujuan mereka berolahraga adalah
untuk meningkatkan kesegaran jasmani menjadi lebih baik. Olahraga pada
hakikatnya adalah setiap aktifitas fisik dimana dilandasi semangat perjuangan
melawan diri sendiri orang lain maupun lingkungan.
Olahraga adalah gerak manusia yang dilakukan secara
sadar, dengan cara-cara efektif yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk
memelihara serta meningkatkan kualitas manusia, dengan memandang manusia
sebagai salah satu kesatuan psiko fisik yang komplek. Olahraga renang adalah
olahraga yang komplek. Dalam gerakan renang harus selalu menggerakkan seluruh
tubuh terutama kepala, tangan dan kaki. Gerakan renang dilakukan dengan
koordinasi gerakan antara anggota tubuh harus optimal agar mencapai hasil yang
optimal pula.
Renang merupakan cabang olahraga yang berbeda jika dibandingkan
dengan cabang olahraga lain pada umumnya. Renang di lakukan diair, sehingga
faKtor gravitasi bumi dipengaruhi oleh daya tekan air ke atas. Kegunaan
olahraga dewasa ini semakin hari semakin bertambah penting bagi kehidupan
setiap manusia, baik olahraga itu dilihat dari segi pendidikan (paedagogis),
segi kejiwaan (psycologis), segi fisik (physiologis) maupun dari segi hubungan
sosial. Hal tersebut mengingat peranan olahraga terhadap pertumbuhan dan
perkembangan fisik manusia sangat besar. Dengan melakukan olahraga secara
teratur otot akan menjadi kuat dan berkembang serta membuat organ-organ tubuh
berfungsi dengan baik.
Renang
merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup dikenal di seluruh lapisan masyarakat,
baik dari kalangan anak-anak sampai orang tua. Indikasi ini diperkuat dengan
dikenalnya bangsa Indonesia sebagai Negara kepulauan, karena hampir separuh
wilayah Negara kita adalah laut.
Berbicara
tentang olahraga renang, maka terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan
tidak optimalnya kemampuan seseorang dalam renang, diantaranya adalah karena
tidak didukung dengan keadaan struktur tubuh yang dimiliki, tidak ditunjang
dengan kemampuan fisik yang memadai, kurangnya dorongan/ motivasi dalam
berenang dan sebagainya.
Berdasarkan observasi saya sebagai peneliti saya
melihat bahwa dalam renang prestasi atlet banyak yang surut karna komponen
kondisi fisik yang tidak sesuai dengan harapan, khususnya komponen-komponen
kondisi fisik yang harus diperhatikan di nomor kupu-kupu. Karena di nomor ini
atlet renang kota Makassar jarang meraih prestasi optimal di tingkat nasional.
Atlet yang memiliki struktur tubuh
yang baik yakni menyangkut tentang kekuatan
otot tungkai, kekuatan otot lengan dan kelentukan togok merupakan
salah satu potensi yang baik untuk mendapatkan kecepatan dalam renang.
Oleh karena itu, orang yang mempunyai kekuatan
otot tungkai, kekuatan otot lengan dan kelentukan togok rata-rata
memiliki kemampuan fisik yang baik seperi kekuatan, kecepatan, daya tahan dan
lain-lain. Olehnya
itu dapat dikatakan bahwa struktur tubuh merupakan prakondisi yang dapat
menunjang kecepatan renang pada atlet untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam bertanding.
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam pengembangan cabang olahraga renang perlu ada penelitian yang ilmiah
dalam mencapai prestasi yang optimal. Dengan demikian, agar lebih
terkoordinirnya pengembangan dalam ilmu olahraga itu sendiri, bagi mereka yang
mengikuti strudi pada program Strata 1 perlu adanya persyaratan untuk melakukan
penelitian. Untuk itu peneliti mengangkat judul penelitian ini sebagai berikut:
“Hubungan Kekuatan Otot
Tungkai, Kekuatan Otot Lengan Dan Kelentukan Togok Terhadap Kecepatan Renang Gaya Kupu-Kupu Pada Atlet
Renang Kota Makassar”.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dikemukakan, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Apakah ada hubungan kekuatan otot tungkai terhadap
kecepatan renang gaya kupu-kupu pada atlet renang kota makassar?
2. Apakah ada hubungan kekuatan otot lengan terhadap
kecepatan renang gaya kupu-kupu pada atlet renang kota makassar?
3. Apakah ada hubungan kelentukan togok terhadap kecepatan
renang gaya kupu-kupu pada atlet renang kota makassar?
4. Apakah ada hubungan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan
kelentukan togok terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu
pada atlet renang kota makassar?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini sesuai dengan permasalahan yang di
angkat adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kekuatan otot
tungkai pada saat melakukan dolphin dengan gerakan kaki seirama dan semetris
antara kedua kaki terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kekuatan otot lengan
pada saat melakukan push pull terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kelentukan togok pada
saat akan melakukan recovery terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu.
4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kekuatan otot tungkai pada saat dolphin, kekuatan otot lengan pada saat push pull dan kelentukan togok
pada saat
recovery terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu.
D.
Manfaat Hasil Penelitian
Hasil
penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai sumbangan yang berarti bagi perkembangan olahraga
terutama dalam peningkatan kecepatan renang gaya kupu-kupu.
2. Menambah ilmu pengetahuan dalam perkembangan renang gaya
kupu-kupu pada penulis khususnya.
3. Dari segi praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan
pedoman oleh para guru penjas agar mengetahui seperti apa renangan gaya
kupu-kupu dan struktur tubuh mana yang menunjang kemampuan renang gaya
kupu-kupu.
4. Dari segi pengembangan pengetahuan olahraga renang, hasil
penelitian ini merupakan informasi yang dapat dijadikan bahan diskusi oleh para
pelatih dalam memberikan komposisi latihan berdasarkan otot tungkai, otot
lengan dan kelentukan guna pengembangan pembinaan renang menuju ke arah
peningkatan prestasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A.
Tinjauan Pustaka
Tinjauan
pustaka merupakan kerangka acuan atau sebagai landasan teori dalam melakukan
suatu penelitian. Teori-teori yang dikemukakan diharapkan dapat menunjang
penyusunan kerangka pikir yang merupakan dasar dalam merumuskan hipotesis
sebagai jawaban sementara terhadap masalah dalam penelitian ini.
1.
Renang gaya kupu-kupu
Renang
gaya kupu-kupu adalah sebagai gaya lanjutan, artinya para perenang untuk
merenangkan gaya ini telah dapat melakukan gaya yang lain (gaya crawl atau
gaya dada). Renang gaya kupu-kupu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
gaya kupu-kupu dolphin, yaitu gaya kupu-kupu yang menggunakan gerakan
tungkai menirukan lecutan ekor ikan dolphin. Gaya ini biasa disebut gaya
dolphin kick atau The Dolphin Butterfly Stroke (Kasiyo, 1980 :
15).
Pada awalnya gaya kupu-kupu merupakan modifikasi dari
gaya dada, dimana gerakan kakinya sama dengan gaya dada, sedangkan gerakan
lengannya (sapuan) berlawanan arah dengan gaya dada. Recovery lengan
dilakukan di luar air, tidak seperti gaya dada dimana recovery lengan
dilakukan di dalam air, sehingga gaya kupu-kupu ini dapat bergerak lebih cepat
dibanding dengan gaya dada. Gaya kupu-kupu ini disebut juga gaya dada modern.
Perkembangan berikutnya gerakan tungkai gaya kupu-kupu menggunakan gerakan
meniru gerakan ekor ikan dolphin, sehingga gaya ini disebut gaya dolphin.
Dengan gerakan tungkai ikan dolphin ternyata hasilnya lebih cepat
dibandingkan dengan menggunakan gerakan tungkai gaya dada. Hingga sekarang
setiap perlombaan renang gaya kupu-kupu selalu menggunakan gaya dolphin kick.
Dalam membicarakan gaya
kupu-kupu, Nadwi syam membagi menjadi 5 (lima) bagian, yang terdiri dari:
1) Posisi Badan
2) Gerakan Kaki
3) Gerakan Lengan
4) Pernapasan
5) Koordinasi Gerakan
1. Posisi Badan
Dalam
setiap renangan kita harus ingat bahwa posisi badan harus di usahakan sedatar
mungkin dengan permukaan air.pada gaya kupu-kupu terjadi gerakan dari tubuh
yang naik turun secara vertikal sesuai dengan irama gerakan dari kaki dan
pukulan dolphin.gerakan tubuh yang naik turun ini tidak di jumpai pada gaya
renang yang lain.dengan gerakan naik turun dalam renang tersebut maka tahanan
depan akan bertambah,sehingga untuk membentuk posisi badan yang datar seperti
pada gaya bebas dan gaya punggung tidak mungkin. Namun demikian haruslah dijaga
agar tahanan depan yang dihasilkan gaya kupu-kupu ini sekecil mungkin, dengan
usaha agar posisi badan sedatar mungkin.
Ada 2
hal yang perlu diperhatikan pada gaya kupu-kupu yang dapat menghasilkan posisi
badan yang streamline.
1) Pada waktu bernafas kepala di usahakan naik serendah
mungkin asalkan mulut telah keluar dari permukaan air dan cukup untuk mengambil
nafas. Secepatnya setelah pengambilan nafas selesai,kepala tunduk kembali untuk
menjaga posisi badan yang streamline.
2) Gerakan menendang dari kedua kaki yang merupakan pukulan
kaki ikan dolphin, haruslah di usahakan tidak terlalu dalam sebab pukulan yang
terlalu dalam hanya akan menambah tahanan
depan saja. Tendangan kedua kaki dilakukan dengan cara menekuk kedua
kaki pada persendian lutut untuk kemudian diluruskan lagi dengan
keras.menekuknya kedua kaki haruslah diusahakan sedikit saja jangan terlalu
dalam. Bila bengkokan sendi lutut terlalu dalam, maka tendangan kaki tersebut
tidak terlalu efisien dan tahanan depan akan besar dengan demikian akan
menghasilkan sikap badan yang tidak streamline.
2. Gerakan Kaki
Tendangan
kaki gaya kupu-kupu sebenarnya hampir sama dengan gerakan kaki pada gaya bebas,
yaitu bergerak naik turun secara vertikal. Bedanya yaitu pada gaya kupu-kupu
tendangan kaki naik turun tersebut dilakukan secara bersama-sama (serentak) dan
semetris antara kaki kanan dan kaki kiri, sedang tendangan kaki pada gaya bebas
dilakukan dengan naik turun secara bergantian antara kaki kanan dengan kaki
kiri.
Tendangan
kaki pada gaya kupu-kupu dimulai pada pangkal paha dengan cara menekuk kaki
pada persendian lutut, penekukan kaki dilakukan kecil saja sehingga telapak
kaki tidak keluar pada permukaan air. Tetapi hanya sebagian dari telapak kaki
yaitu jari-jari kaki saja yang keluar dari permukaan air. Penekukan kaki atau
gerakan kaki keatas dilakukan dengan rileks dan pelan sedangkan gerakan kaki
kebawah atau meluruskan kaki dengan kekuatan yang besar, dimana punggung kaki
menendang dengan keras kearah bawah.
Pada
waktu kaki bergerak ke atas telapak kaki dari keadaan bertekuk berubah
kekeadaan lurus, sedangkan pada waktu tendangan ke bawah yang keras, telapak
kaki dari keadaan lurus berubah menjadi keadaan bertekuk, gerakan telapak kaki
menekuk ini merupakan dorongan yang besar. Tendangan kaki ke bawah yang keras
ini akan mengakibatkan bagian badan terutama pantat bergerak ke atas, sedangkan
pada waktu kaki bergerak ke atas, maka bagian badan terutama pantat akan
bergerak turun.pada satu kali putaran lengan tendangan kaki pada gaya kupu-kupu
ini dilakukan dua kali, kedua tendangan tersebut tidaklah sama,melainkan
sedikit berbeda.
Perbedaan
tersebut terletak pada keras atau dalamnya tendangan kaki.pada tendangan yang
pertama dilakukan dengan kuat dan dalam, sehingga mengakibatkan pantat naik
cukup tinggi sedangkan tendangan kaki yang kedua pelan dan tidak dalam.fungsi
dari tendangan kaki yang kedua adalah untuk menormalkan gerakan pertama yang
keras tadi sehingga pantat tidak meloncat tinggi ke atas, hal ini akan sangat
mengurangi tahanan depan.
Urutan
gerakan kaki pada gaya kupu-kupu:
1) Kaki dalam keadaan lurus sampai dengan telapak kaki.
2) Gerakan kaki keatas dilakukan dengan cara kaki
membengkokkan kaki pada persendian lutut (articulatio
genu). Bengkoknya kaki ini tidak terlalu besar sehingga hanya sebagian
jari-jari kaki saja yang keluar dari
permukaan air.
3) Tendangan kedua kaki kearah bawah dilakukan dengan keras
terutama punggung kaki. Tendangan ini dengan cara meluruskan kedua kaki dari
sikap membengkok.
4) Tendangan kaki ini masih berjalan, terlihat sikap kaki
yang lurus dari sikap bengkok.
5) Setelah tendangan kaki ke bawah berakhir, maka kaki di
gerakkan ke atas dari sikap kaki yang lurus untuk kemudian di tekuk pada
persendian lutut.
Sedangkan Menurut
Soejoko ( 1992:49-50 ) Gerakan kaki terdiri dari:
1)
Irama gerakan kaki
yang terdiri dari:1.) Naik turun mengarah lurus, 2.) Naik turun dengan 6
pukulan kaki (the six beat kick), dengan kedalaman kaki di bawah
permukaan air ketika naik turun dari atas permukaan air berkisar 25 – 30 cm, 3.)
naik turun dengan 4 pukulan kaki (the four beat kick atau broken tempo
kick), 4.) naik turun dengan 2 pukulan kaki (the two beat kick) ,
5.) naik turun dengan 2 pukulan kaki menyilang (the two beat crossover kick)
2)
Pada fase istirahat
(disaat lutut membengkok, membentuk sudut untuk memukul dan melecut) mempunyai
sudut berkisar antara 30° - 40°.
3)
Kedalaman paha ketika
melakukan gerakan ke bawah atau saat memukul atau melecut adalah 25 – 30 cm
dari permukaan air.
4)
Kedalaman tungkai
kaki bagian bawah atau telapak kaki dari permukaan air ketika melakukan pukulan
dan lecutan sekitar 30-35 cm.
3. Gerakan Lengan
Pada gaya kupu-kupu
kedua lengan haruslah di gerakkan secara serentak dan sometris antara lengan
kiri dan lengan kanan.
Gerakan lengan pada gaya kupu-kupu terbagi atas 2
(dua)bagian yaitu:
1) Gerakan Recovery
Gerakan Recovery lengan adalah gerakan lengan pada saat akhir dayungan
sampai dengan pada saat permulaan dayungan. Gerakan recovery ini sebagai
berikut:
Setelah kedua tangan keluar dari air tangan mulai dilemparkan ke depan
pada posisi yang rendah dalam bentuk parabola yang datar. Gerakan ini dilakukan
dengan rileks, kedua tangan masuk kedalam air pada titik sedikit diluar garis
bahu.gerakan recovery lengan ini dilakukan secara serempak dan simetris antara lengan
kiri dan lengan kanan.
2) Dayungan Lengan
Gerakan menarik (pull) dan gerakan mendorong (push).setelah tangan masuk
kedalam air, maka mulailah dengan lengan kea rah lurus kemudian gerakan berubah
arah dengan memutar ke arah dalam. Pada saat berputar kedalam lengan di tekuk
±135º pada sudut siku.gerakan kedalam ini masih dalam gerakan tarikan.gerakan
selanjutnya tangan berubah arah yaitu memutar keluar.gerakan lengan memutar
keluar ini merupakan gerakan dorongan dari lengan.akhir dari dorongan apabila kita
perhatikan gerakan dari telapak tangan
gaya kupu-kupu pada saat mendayung adalah sebagai berikut:
Setelah
telapak tangan masuk kedalam air mulailah gerakan kearah luar kemudian kedalam
dan selanjutnya keluar lagi sampai selesai gerakan mendayung. Kedua telapak
tangan akan membuat gerakan seperti bentuk lubang kunci (key hole). Selama
dayungan telapak tangan menyesuaikan
dengan gerakannya.pada gerakan keluar telapak tangan menghadap keluar, pada
saat putaran kedalam telapak tangan yang
menghadap keluar menjadi menghadap kedalam dan pada gerakan memutar keluar maka
telapak tangan memutar dari menghadap kedalam menjadi menghadap keluar. Kecepatan
gerakan dari arah pelan keaarah keras.sehingga pada saat dorongan harus dilakukan sekeras-kerasnya. Bila kita perhatikan
gerakan lengan dari gaya kupu-kupu sebenarnya hamper sama dengan gerakan lengan
pada gaya bebas baik pada gerakan recovery maupun pada gerakan
mendayung.bedanya pada gaya kupu-kupu dilakukan secara serempak dan simetris
antara lengan kanan dan lengan kiri sedangkan gaya bebas gerakan lengan
dilakukan secara bergantian antara lengan kanan dan lengan kiri.
Urutan gerakan lengan pada gaya kupu-kupu:
1. Lengan pada saat akhir dayungan untuk persiapan
recovery.
2. Lengan pada saat pelaksanaan recovery dengan
melemparkan lengan kearah samping permukaan air.
3. Lengan pada kahir recovery dimana kedua tangan masuk
ke dalam air di depan kepala pada garis bahu.
4. Kedua lengan masuk kedalam air dengan sikap tunduk.
5. Kedua lengan mulai melakukan tarikan kearah luar
6. Kedua lengan mulai bergerak kea rah dalam masih dalam
tarikan menekuk lengan pada persendian siku.
7. Kedua lengan mulai dengan dorongan kea rah dalam
8. Kedua lengan pada akhir dayungan, dimana kedua ibu
jari menyentuh paha.
4. Pernapasan
Pernapasan pada gaya
kupu-kupu dilakukan dengan mengangkat kepala kedepan seperti pada gaya dada, pengankatan
kepala di lakukan pada saat akhir dari tarikan dan memulai dari dorongan
lengan, naiknya kepala dari permukaan
air diusahakan sedikit mungkin asal mulut telah keluar dari permukaan
air dan dapat melaksanakan pernapasan, pengambilan napas dilakukan dengan
cepat, dengan cara menarik napas lewat mulut secara meledak(cepat), secepatnya
setelah mengambil napas kepala segera diturunkan lagi untuk menghindari
bertambahnya tahanan depan. pengeluaran udara dilakukan dalam air di saat
kepala akan keluar dari permukaan air.pengeluaran udara dilakukan lewat hidung
secara meledak(cepat).
5. Koordinasi gerakan
Pada gaya kupu-kupu
harus ada persesuain gerakan antara gerakan lengan dan gerakan kaki.
Persesuaian tersebut terutama dalam hubungan sikap badan yang naik turun secara
vertikal lengan, meliuk-liuk seperti halnya ikan dolphin yang sedang
berenang.pada satu kali putaran lengan terjadi putaran kaki dua kali,keras dan
lemah. Pada saat permulaan tarikan dilakukan tendangan kaki yang pertama
(keras) pada saat dorongan lengan dilakukan tendangan kaki yang kedua (lemah).
2.
Kekuatan otot tungkai
Kekuatan (strength) adalah komponen kondisi
fisik seseoarang tentang kemampuanya dalam mempergunakan otot untuk menerima
beban sewaktu bekerja (M. Sajoto, 1995:8). Jadi kekuatan otot tungkai adalah
kemampuan otot-otot tungkai untuk menahan beban sewaktu bekerja.
Menurut
Jensen (1983 : 154) kekuatan dasar untuk penampilan gerak, dan mungkin kekuatan
merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam penampilan prestasi
gerak. Hampir semua penampilan prestasi gerak yang giat bersemangat tergantung
pada kemampuan dalam menerapkan besarnya force melawan resistance,
peningkatan kekuatan sering memberi kontribusi terhadap prestasi performance
gerak menjadi lebih baik.
Strength menurut Wilmore (1986:113) ialah dapat didefinisikan
sebagai kemampuan maksimum yang diaplikasikan atau untuk resistance force, dan strength
sebenarnya merupakan komponen fisik yang paling dasar, terbebas dari power
dan daya tahan otot, yaitu tergantung dari tingkat kekuatan otot dari
masing-masing perenang.
Kemudian Menurut
Harsono ( 1988 : 177 ) menyatakan sebenarnya strength, power dan
daya tahan otot atau endurance otot, ketiga tersebut saling mempunyai
hubungan dengan faktor dominannya yaitu strength. Strength tetap
merupakan dasar atau basis dari power daya tahan otot. Strength yaitu
kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan
otot merupakan komponen yang sangat penting atau kalau bukan yang paling
penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan.
Bertolak dari
pengertian diatas maka kemampuan fisik khususnya strength dalam
menunjang kecepatan renang gaya kupu-kupu hubungannya dengan kekuatan otot
tungkai terhadap prestasi atlet renang gaya kupu-kupu adalah sebagai berikut:
Untuk mengerakkan otot tungkai,
otot pergelangan kaki yang meliputi : Musculus Quadriceps extensor,
gastrocnomius, dan gluteus maximus, quadriceps extensor tediri dari empat macam
otot yaitu rectus femoris, vastus lateralis, vastus intermedialis, dan vastus
medilalis. Otot-otot ini terlibat pada waktu seorang melakukan renang gaya
kupu-kupu dan berperan untuk dorongan kedepan (Soejoko H, 1992:15).
3.
Kekuatan otot lengan
Dalam
cabang olahraga renang khususnya pada gaya kupu-kupu kekuatan otot lengan
sangat menentukan tercapainya suatu hasil yang maksimal. Kemampuan lengan dalam
melakukan suatu gerakan hentakan harus optimal, jika lengan kurang memiliki
kemampuan fisik seperti kekuatan maka kemampuan dalam melakukan gerakan-gerakan
yang baik tidak akan tercapai. Kontraksi otot ini menghasilkan tenaga eksternal
untuk menggerakkan anggota tubuh. Kekuatan lengan berkaitan atau berhubungan
erat dengan kemampuan renang pada gaya kupu-kupu dengan menggunakan kekuatan
dinamis karena dalam melakukan gaya tersebut atlit berusaha untuk memindahkan
posisi badan dari ujung kolam ke ujung kolam, dalam hal ini lengan adalah alat
penggerak dalam melakukan ayunan menghambat tahanan didalam air guna membawa tubuh didalam
menyikapi teknik-teknik yang ada pada gaya kupu-kupu itu sendiri.
Menurut
Soejoko H (1992 : 14 -15 ) ada beberapa fungsi kekuatan otot lengan dalam
olahraga renang antara lain:
1. Untuk menggerakkan lengan sebagai pendayung:
latisimusdorsi pectoralis major, teres major, dan triceps otot-otot ini penting
untuk menariklengan ke dalam air dan menjadi tenaga dorong untuk ke empat gaya
renang yang di perlombakan.
2. Untuk menggerakkan lengan memutar kedalam: teres
major, sub scapularis, latisimus dorsi, dan pectoralis major. Pada ke empat
gaya renang yang diperlombakan otot-otot ini digunakan untuk memutar lengan
bila perenang melakukan gaya dengan benar. Untuk menggambarkan gerakan ini dengan
meluruskan lengan kedepan secara mendatar, siku bengkokkan sehingga membentuk
sudut 450, selanjutnya angkat siku tersebut dan turunkan tangan.
3.
Untuk menggerakkan pergelangan tangan dan fleksor jari-jari: fleksor
carpi, ulnaris, dan palmaris longus. Banyak di antara perenang yang
otot-ototnya ini kurang kuat menahan air, sehingga waktu lengannya ditarik
jari-jarinya terbuka.
4.
Untuk menggerakkan
extensor siku: triseps. Pada saat orang perenang akan mengakhiri tarikan
lengannya dalam gaya crawl, dada, dan kupu-kupu akan menggunakan otot extensor,
sikunya untuk menyibakkan air ke belakang (Soejoko H., 1992 : 14-15).
Tentunya tidak
lepas dari hal di atas maka kondisi fisik utama yang menunjang sebagai penopang
agar mampu melakukan gerakan kupu-kupu yang baik dan maksimum karena kekuatan
itu sendiri merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik yang dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
4. Kelentukan
togok
Pada dasarnya semua cabang olahraga membutuhkan unsur kelentukan
(fleksibilitas), karena kelentukan menunjukkan kualitas yang memungkinkan suatu
sekmen bergerak semaksimal menurut kemungkinan gerak. Kualitas iti kemungkinan
otot-otot atau sekelompok otot untuk memanjang dan memendek serta memanfaatkan
sendi-sendi secara maksimal.
Berdasarkan hal tersebut, maka setiap cabang olahraga mempunyai persamaan
mengenai pentingnnya unsur fleksibilitas dalam penampilan yang optimal. Untuk
cabang olahraga renang, kelentukan sangat di butuhkan utamanya pada saat
melakukan gerakan-gerakan teknik dasar tersebut. Harsono, (1988:163) memberikan
definisi sebagai berikut: ”kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan
dalam ruang gerak sendi, kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga
ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot, tendo dan ligamen”. Kelentukan
merupakan tingkat kemampuan maksimal dalam ruang gerak sendinya. Kemampuan
fisik ini dipengaruhi oleh elastisitas jaringan otot, tendo, ligamen, dan
struktur kerangka tulang. Selain itu, kelentukan juga dipengaruhi oleh usia,
jenis kelamin, volume penampang otot dan aspek psokologis dalam bekerja
(berolahraga).
Jadi perlu di sadari bahwa tanpa pertimbangan yang memadai terhadap
kelentukan, cenderung akan mengurangi kemampuan otot dalam amplitudo gerakan
responden otot, sebagaimana di kemukakan oleh Paul Uram (1986:14) bahwa:
”latihan dalam program atlet tanpa pertimbangan yang memadai bagi perkembangan
kelentukan cenderung untuk mengurangi jangkauan normal dari gerakan dan
membatasi responden otot”. Sadoso sumosardjono (1986:58) mengemukakan bahwa:
Latihan peregangan dapat memperbaiki dan membuat badan terasa enak” Dari sisi
lain kegunaan latihan kelentukan adalah untuk mempertahankan kekuatan bahkan
dapat meningkatkan kekuatan. Hal ini dapat di perkuat oleh Paul Uram (1986:7)
yaitu: ”latihan kelentukan dapat bermanfaat untuk memelihara kekuatan bahkan
menabah kekuatan, atau latihan kelentukan dapat bermanfaat bagi kelentukan,
kecepatan dan ketahanan”. Kemudian Sadoso Sumosardjono (1986:61). Juga
mengatakan bahwa: ”Menambah kelentukan dan peregangan ada pula hubungannya
dengan kenaikan kekuatan. Ada yang berpendapat bahwa dengan lebih banyak
melakukan peregangan otot dan menjadi lebih kuat”.
Begitu juga halnya dalam melakukan tehnik dasar renang, kelentukan memiliki
peran besar dimana pada saat melakukan gerakan tersebut kelentukan otot-otot
pada togok harus lentur agar peregangan yang dilakukan tidak terasa, kaku dan
tegang yang akan mengakibatkan fatal bagi yang melakukannya.
Kelentukan merupakan salah satu aspek fisik yang sangat penting dalam pencapaian
prestasi yang optimal. Kelentukan di perlukan sekali hampir di setiap olahraga
yang membutuhkan ruang gerak sendi seperti renang.
Kelentukan atau daya lentur adalah efektifitas
seseorang dalam menyesuaikan diri dalam segala aktifitas dengan penguluran
tubuh yang luas. (M.Satojo, 1995:17).
Hal ini akan sangat mudah ditandai
dengan tingkat (flexibility), persendian
pada seluruh tubuh.
Berdasarkan pengertian kelentukan otot togokdalam
penelitian ini adalah kemempuan melentukan togok atau batang tubuh sedemikian rupa sehingga berbeda dalam sikap anatomis yaitu lurus antara batang
tubuh dengan tungkai.
Renang gaya kupu-kupu dengan kelentukan togok sebagai
upaya persiapan pelaksanaan renang dalam gaya ini dimana kelentukan akan
memberikan sudut gerakan badan dalam ayunan. Kedua aspek tersebut merupakan
satu kesatuan gerak yang penting dalam menunjang pelaksanaan gaya kupu-kupu
sehingga menghasilkan unjuk kerja yang optimal.
Berkaitan dengan
kelentukan dan fleksibilitas
togok, pada dasarnya bertumpu pada luas tidaknya ruang gerak sendi-sendi tubuh. Lentuk tidaknya seseorang ditentukan besar
kecilnya sendi-sendi
tubuh dalam bergerak dan
dipengaruhi oleh elastisitas otot-otot tendon
dan ligamen. Dengan demikian seseorang dikatakan memiliki kelentukan togok yang baik apabila orang tersebut
mempunyai luas gerak bagian togok yang sangat luas dalam sendi-sendinya dan elastisitas otot perut serta otot punggung
yang baik.Kelentukan
merupakan salah satu aspek kondisi
fisik yang sangat penting
dalam pencapaian prestasi yang optimal.
Kelentukan adalah efektifitas seseorang dengan
pengukuran tubuh dengan pengukuran tubuh yang luas dan bahkan ada yang
mengidentifikasikan kelentukan sebagai suatu kemampua seseorang dalam
melaksanakan gerakan dengan amplitude yang luas. Dalam hal ini menyangkut
kemampuan seseorang melalui gerakan-gerakan jasmani atau usaha kelentukan.
Bertolak dari pengertian tersebut kelentukan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kelentukan togok kebelakang. Kelentukan
togok belakang merupakan unsur fisik yang juga sangat berperan dalam proses
gerak renang gaya kupu-kupu. Pada proses pola gerak ini di butuhkan kelentukan
pada daerah togok. Dengan memiliki kelentukan togok belakang yang lebih luas
dan maksimum maka akan menghasilkan kecepatan renang gaya kupu-kupu yang lebih
efisien.
B.
Kerangka Berfikir
Atas dasar tinjauan pustaka yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka kerangka berpikir yang dapat dikemukakan oleh
peneliti adalah, Jika seorang atlet
memiliki kekuatan otot tungkai yang baik maka akan memberikan hubungan yang
lebih besar terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu, Jika seorang atlet
memiliki kekuatan otot lengan yang baik maka akan memberikan hubungan yang
lebih besar terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu, Jika seorang atlet
memiliki kelentukan togok yang baik maka akan memberikan hubungan yang lebih
besar terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu, Dan Jika seorang atlet memiliki
kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan kelentukan togok maka akan
memberikan hubungan yang lebih besar terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu.
C. Hipotesis penelitian
Atas dasar kerangka berpikir, maka
hipotesis penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.
Ada
hubungan kekuatan otot tungkai terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu pada
atlet renang kota Makassar.
2.
Ada
hubungan kekuatan otot lengan terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu pada
atlet renang kota makaasar
3.
Ada
hubungan kelentukan togok terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu pada atlet
renang kota Makassar.
4.
Ada
hubungan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan, dan kelentukan togok
terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu pada atlet renang kota Makassar.
Hipotesisi I
H0: rx1y =
0
H1: rx1y ≠ 0
Hipotesis II
H0: rx2y =
0
H1: rx2y ≠ 0
Hipotesis III
H0: rx3y =
0
H1: rx3y ≠ 0
Hipotesisi IV
H0: Rx.123y = 0
H1: Rx.123y ≠ 0
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Metodoeogi penelitian perlu
diterapkan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang sebenarnyaa untuk
memperoleh data yang mempunyai tingkat validitas dan reliabilitas. Dalam bab
ini akan dikemukakan hal-hal yang menyangkut identifikasi variabel dan desain
penelitian, definisi operasional variabel, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Pelaksanaan
penelitian pada dasarnya adalah ingin memperoleh informasi atau data guna
memecahkan masalah yang diteliti. Informasi yang diharapkan hendaklah melalui
prosedur yang sistematis serta terarah dan bersifa ilmiah. Penggunaan metode
yang tepat akan menghasilkan jawaban terhadap masalah yang diteliti. Jadi
metode penelitian berarti cara-cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
operasional suatu penelitian.
A.
Variabel
dan desain penelitian
1. Variabel
penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang akan
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Ada dua macam variabel dalam
penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi variabel terikat , sedangkan variabel terikat adalah
variabel yang di pengaruhi variabel bebas. Sedangkan variabel yang terkait
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Variabel
bebasnya ada tiga
yaitu:
1) Kekuatan otot tungkai (X1),
2) kekuatan otot lengan (X2).
3) kelentukan togok (X3)
b. Variabel
terikatnya yaitu:
1) Kecepatan Renang gaya kupu-kupu (Y).
2. Desain
penelitian
Desain penelitian sebagai rancangan atau gambaran yang dijadikan sebagai
acuan dalam melakukan suatu penelitian. Penelitian ini adalah jenis penelitian
yang bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengtahui ada tidaknya Hubungan Kekuatan Otot Tungkai, Kekuatan Otot
Lengan, dan Kelentukan Togok Terhadap Kecepatan Renang Gaya
Kupu-Kupu Pada Atlet Renang Kota Makassar.
Desainnya Cari sendiri yah ^_^
B.
Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari terjadinya pengertian yang keliru
tentang konsep variabel yang terlibat dalam penelitian ini, maka
variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional sebagai
berikut:
1. Kekuatan otot tungkai yang dimaksud adalah komponen
kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk
menerima beban sewaktu bekerja. Jadi kekuatan otot tungkai adalah kemampuan
otot-otot tungkai untuk menahan beban sewaktu bekerja. Kekuatan otot tungkai
seseorang dapat di ketahui melalui satuan ukuran leg dynamometer.
2. Kekuatan otot lengan yang dimaksud adalah Kemampuan
lengan dalam melakukan suatu gerakan hentakan ayunan yang menghambat tahanan
didalam air guna membawa tubuh didalam menyikapi teknik-teknik yang ada pada
gaya kupu-kupu itu sendiri. Kekuatan otot lengan seseorang dapat di ketahui
melalui satuan ukuran push-up.
3. Kelentukan togok yang dimaksud adalah Kelentukan
togok belakang yang merupakan unsur fisik, yang juga sangat berperan dalam
proses gerak renang gaya kupu-kupu. Pada proses pola gerak ini di butuhkan
kelentukan pada daerah togok. Dengan memiliki kelentukan togok belakang yang
lebih luas dan maksimum maka akan menghasilkan kecepatan renang gaya kupu-kupu
yang lebih efisien. Kelentukan togok
belakakang seseorang dapat di ketahui melalui satuan ukuran ekstention
dynamometer.
4. Kecepatan renang gaya kupu-kupu yang di maksud adalah
kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan secara maksimal
dalam bentuk yang sama dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan jarak
50 meter.
C.
Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi
adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki. Populasi dibatasi oleh
sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama
(Sutrisno Hadi, 1988:220). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto populasi adalah
keseluruhan obyek penelitian.
Olehnya
itu Populasi dalam penelitian ini adalah atlet renang Putra Kota Makassar.
2. Sampel
Sebagian
populasi yang diselidiki disebut sampel atau contoh (Sutrisno Hadi, 1988:221).
Besar kecilnya sampel dari jumlah populasi sebenarnya tidak ada ketentuan yang
mutlak berapa persen sampel yang harus diambil dari populasi (Sutrisno Hadi,
1988:74).
Dalam
penelitian ini yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian individu yang
memiliki karakter sama untuk diselidiki dan dapat mewakili seluruh populasi.
Berdasarkan pengertian tersebut maka sampel
yang diambil atau digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 orang atlet
renang putra Kota
Makassar yang di peroleh dengan teknik “random sampling”
dengan cara undian.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang perlu dikumpulkan in adalah
data dari berbagi unsure kondisi fisik yaitu kekuatan otot tungkai, kekuatan otot
lengan, kelentukan togok dan kecepatan renang 50 meter gaya kupu-kupu.
Data yang perlu dikumpulkan ini adalah
survey tes dengan tekhnik korelasi,pengambilan data dilakukan dengan pemberian
tes dan pengukuran melalui metode survey,yaitu peneliti mengamati secara
langsung pelaksanaan tes dan pengukuran di lapangan. Tes dan pengukuran yang
dilakukan meliputi:
1.
Tes
kekuatan otot tungkai
Tujuan - Untuk Mengukur kekuatan otot tungkai
Alat/fasilatas
-
Leg Dynamometer ,formulir tes dan alat tulis
Pelaksanaan
-
Teste
memakai pengikat pinggang, kemudian berdiri dengan membengkokkan kedua lututnya
hingga membentuk sudut ± 450, kemudian alat pengikat pinggang
tersebut dikaitkan pada leg dynamometer.
- Setelah itu teste berusaha sekuat-kuatnya meluruskan
kedua tungkainya.
- Setelah teste itu meluruskan kedua tungkainya dengan
maksimum, lalu kita lihat jarum alat-alat tersebut menunjukkan angka berapa.
- Angka tersebut menyatakan besarnya kekuatan otot tungkai
teste.
Penilaian
-
Skor
terbaik dari tiga kali percobaan dicatat sebagai skor
dalam satuan kg,
dengan tingkat ketelitian 0,5 kg.
Gambar 1
Tes Kekuatan otot tungkai (leg dynamometer)
(Nur Ichsan
Halim, 2009:27-28)
2.
Tes
kekuatan otot lengan
Tujuan - Untuk mengukur kekuatan otot lengan
Alat/fasilitas
-
Lantai
rata, Stopwatch
-
Formulir
tes dan alat tulis
Pelaksanaan
-
Sampel
menempatkan kedua tangan pada lantai dengan posisi telungkup.
-
Selanjudnya
sampel mengankat badan dengan kedua lengan lurus ke atas dan turun kembali
seperti semula.
-
Pelaksanaan
push up dilakukan selama 30 detik.
-
Kesempatan
di berikan sebanyak 1 kali.
Penilaian
Hasil yang di catat adalah beberapa banyak
phus-up yang dapat dilakukan selama 30 detik
Gambar 2
Tes Kekuatan otot lengan (pus up)
(dokumentasi pribadi)
3.
Tes
kelentukan togok belakang
Tujuan -
Untuk mengukur kelentukan togok belakang
Alat/Fasilitas
-
Ekstention Dynamometer
-
Formulir tes, Alat tulis
Pelaksanaan
- Sampel telungkup, Kedua lengan dibelakang pinggul, Dagu
rapat dilantai sedangkan tungkai lurus dan tetap kontak pada lantai.
- Sampel mengankat badan dan kepalanya ke atas sejauh
mungkin.
- Untuk menjaga kestabilan badan sampel, diperlukan
seseorang duduk di tungkai sampel.
- Kesempatan diberikan dua kali berturut-turut.
- Yang di ukur adalah jarak (tinggi) dari lantai ke dagu.
Gambar 3
Tes kelentukan togok belakang (Ekstention Dynamometer)
(Nur Ichsan Halim, 2009:108)
4. Tes kecepatan renang gaya kupu-kupu
Tujuan - Untuk mengukur kecepatan renang gaya
kupu-kupu sejauh 50 meter.
Alat/fasilitas :
- Kolam renang Sepanjang 50 M
- Stopwach, sumpritan
- Formulir tes dan alat tulis.
Pelaksanan
:
- Sampel berdiri dipinggir kolam renang.Dengan posisi siap
untuk mendengarkan aba-aba dari peneliti.
- Kemudian sampel melakukan renangan sejauh 50 M.
Penilaian :
Hasil yang diambil adalah waktu yang ditempuh sejauh 50 M oleh sampel dan dicatat oleh peneliti,
kesempatan diberikan 1 kali kesempatan.
E.
Teknik Analisis Data
Bentuk data dalam penelitian ini adalah bentuk angka
yaitu data hasil pengukuran, kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan,
kelentukan togok belakang dan kecepatan renang 50 meter gaya kupu-kupu. Secara
teknik cara pengukurannya ada empat yang dilakukan terhadap semua sampel. Data
yang melalui tes ini masih merupakan data kasar. Data tersebut selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan uji statistik korelasional dengan paket spss 16.
Hubungan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
hubungan korelasi. Sedangkan analisis inferensial untuk menguji hipotesis
dengan menggunakan analisis korelasi sederhana dan korelasi ganda.
Langkah-langkah dalam analisis data penelitian sebagai berikut:
1. Analisis statistik deskriptif menggambarkan data secara
umum tentang data yang meliputi rata-rata dan standar deviasi.
2. Uji persyaratan analisis.
3. Analisis koefisien korelasi dan analisis koefisien
korelasi ganda person.
Dari keseluruhan langkah-langkah analisis data tersebut
diatas semuanya akan dianalisis dengan menggunakan komputer program spss 16
dengan taraf signifikan 95%.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam
bab ini akan dikemukakan penyajian hasil analisis data dan pembahasan.
Penyajian hasil analisis data meliputi analisis statistik deskriptif dan
inferensial. Kemudian dilakukan pembahasan hasil analisis dan kaitannya dengan
teori yang mendasari penelitian ini untuk memberi interpretasi dari hasil
analisis data.
A.
Penyajian Hasil Analisis Data
Data empires yang diperoleh dilapangan melalui hasil tes
dan pengukuran yang terdiri atas kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan,
kelentukan togok belakang dan kecepatan renang gaya kupu-kupu pada atlet renang
Kota Makassar terlebih dahulu diadakan tabulasi data untuk memudahkan pengujian
selanjudnya. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
dengan teknik statistik inferensial. Analisis data secara deskriptif
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum data meliputi rata-rata, standar
deviasi, varians, data maximum, data minimum, range, dan tabel frekuensi.
Selanjudnya dilakukan pengujuan persiaratan analisis
yaitu uji normalitas data. Untuk pengujian hipotesis menggunakan uji korelasi
product-moment. Uji korelasi pearson jika data tidak berdistribusi normal.
1.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum data
penelitian. Analisis deskriptif dilakukan untuk data kekuatan otot tungkai,
kekuatan otot lengan, kelentukan togok belakang dan kecepatan renang gaya
kupu-kupu. Deskriptif data dimaksudkan untuk dapat menafsirkan dan memberi
makna tentang data setiap variabel tersebut berturut-turut seperti pada tabel
satu berikut.
Tabel 1. Rangkuman Hasil analisis deskriptif data tiap variabel.
Variabel
|
N
|
Range
|
Min
|
Max
|
Sum
|
Mean
|
Std deviation
|
KOT
KOL
KTB
KRGK
|
30
30
30
30
|
101,50
14,00
13,60
10,09
|
88,50
16,00
36,50
29,11
|
190,00
30,00
50,10
39,20
|
4201,00
678,00
1293,40
1029,19
|
140,033
22,600
43,113
34,306
|
30,912
4,438
4,368
2,709
|
Dari tabel 1 di atas sudah dapat diperoleh gambaran
tentang data kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan, kelentukan togok
belakang, dan kecepatan renang gaya kupu-kupu pada atlet renang Kota Makassar
sebagai berikut:
-
Kekuatan
otot tungkai (X1), diperoleh nilai rata-rata (mean) = 140,033 kg, simpangan baku (standar deviasi) = 30,912 kg, nilai terendah (minimum) = 88,50 kg, nilai tertinggi (maksimum) = 190,00 kg, rentang (range)
= 101,50 kg.
-
Kekuatan
otot lengan (X2), diperoleh
nilai rata-rata (mean) = 22,600 kali,
simpangan baku (standar deviasi) = 4,438
kali, nilai terendah (minimum) =
16,00 kali, nilai tertinggi (maksimum)
= 30 kali, rentang (range) = 14,00 kali.
-
Kelentukan
togok belakang (X3), diperoleh nilai rata-rata (mean) = 43,113 cm, simpangan baku (standar deviasi) = 4,468 cm, nilai terendah (minimum) = 36,50 cm, nilai tertinggi (maksimum) = 50,10 cm,
rentang (range) = 13,60 cm.
-
Kecepatan
renang gaya kupu-kupu (Y), diperoleh
nilai rata-rata (mean) = 34,306 dtk,
simpangan baku (standar deviasi) =
2,708 dtk, nilai terendah (minimum) =
29,11 dtk, nilai tertinggi (maksimum)
= 39,20 dtk, rentang (range) = 10,09 dtk.
2.
Uji Normalitas Data
Salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar statistik
parametrik dapat digunakan adalah data mengikuti sebaran normal. Apabila
pengujian ternyata data berdistribusi normal, maka analisis statistik yang
harus digunakan adalah analisis statistik non parametrik.
Untuk mengetahui apakah data dalam penelitian ini
berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov.
Hasil
uji normalitas data dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel
2. Rangkuman hasil uji normalitas data tiap variabel
Variabel
|
Absolut
|
Positif
|
Negatif
|
KS-Z
|
Prob
|
Ket.
|
KOT
KOL
KTB
KRGK
|
0,091
0,121
0,102
0,085
|
0,091
0,121
0,102
0,068
|
-0,069
-0,078
-0,082
-0,085
|
0,497
0,663
0,561
0,464
|
0,966
0,772
0,912
0,982
|
Normal
Normal
Normal
Normal
|
Berdasarkan
tabel 2 di atas, maka dapatlah diperoleh gambaran bahwa pengujian normalitas
data dengan menggunakan uji kolmogorov Smirnov menunjukkan hasil sebagai
berikut :
-
Untuk
data Kekuatan otot tungkai, diperoleh nilai
KS-Z = 0,497 ( P > a 0,05 ) maka hal ini menunjukkan bahwa data kekuatan otot
tungkai mengikuti sebaran normal atau berdistribusi normal.
-
Untuk
data Kekuatan otot lengan, diperoleh nilai KS-Z = 0,663 ( P > a 0,05 ) maka hal ini
menunjukkan bahwa data kekuatan otot lengan mengikuti sebaran normal atau
berdistribusi normal.
-
Untuk
data Kelentukan togok belakang, diperoleh nilai KS-Z = 0,561 ( P > a 0,05 ) maka hal ini
menunjukkan bahwa data kelentukan togok belakang mengikuti sebaran normal atau
berdistribusi normal.
-
Untuk
data Kecepatan renang gaya kupu-kupu, diperoleh nilai KS-Z = 0,464 ( P > a 0,05 ) maka hal ini
menunjukkan bahwa data kecepatan renang mengikuti sebaran normal atau
berdistribusi normal.
Oleh karena data penelitian berdistribusi normal maka
salah satu persyaratan untuk menggunakan analisis statistik parametrik
terpenuhi sehingga untuk pengujian hipotesis akan digunakan uji statistik
parametrik yaitu korelasi pearson.
3.
Analisis Korelasi
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini perlu diuji
dan dibuktikan melalui data empiris yang diperoleh di lapangan melalui tes dan
pengukuran terhadap variabel yang diteliti, selanjudnya data tersebut akan
diolah secara statistik. Karena data penelitian mengikuti sebaran normal, maka
untuk menguji hipotesis penelitian ini digunakan analisis statistik parametrik.
Untuk pengujian hipotesis tersebut maka dilakukan uji
korelasi antara data kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan, kelentukan
togok belakang dan kecepatan renang gaya kupu-kupu dengan menggunakan teknik
korelasi person.
a.
Korelasi sederhana kekuatan otot
tungkai dengan kecepatan renang gaya kupu-kupu.
Data kekuatan otot tungkai diperoleh melalui pengukuran Leg Dynamometer.
Untuk mengetahui keeratan hubungan kekuatan otot tungkai dengan kecepatan
renang gaya kupu-kupu dilakukan analisis korelasi pearson. Rangkuman hasil
analisis data dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rangkuman hasil analisis korelasi kekuatan
otot tungkai dengan kecepatan renang gaya kupu-kupu pada atlet renang kota
makassar
Variabel
|
N
|
r
|
Pvalue
|
Keterangan
|
Kekuatan otot tungkai ( X1)
Kecepatan Renang (Y)
|
30
|
0,745
|
0,000
|
Signifikan
|
Berdasarkan tabel 3 di
atas, terlihat bahwa hasil perhitungan korelasi Pearson Diperoleh nilai r
hitung (ro) = 0,745 ( Pvalue < a 0,05 ), berarti ada hubungan yang signifikan antara
kekuatan otot tungkai dengan kecepatan renang gaya kupu-kupu. Dengan demikian
jika atlet memiliki kekuatan otot tungkai normal akan diikuti dengan kemampuan
renang gaya kupu-kupu yang cepat.
b.
Korelasi sederhana antara kekuatan otot lengan terhadap kecepatan renang
gaya kupu-kupu.
Data kekuatan otot lengan diperoleh melalui pengukuran Push Up. Untuk
mengetahuikeeratan hubungan kekuatan otot lengan dengan kecepatan renang gaya
kupu-kupu dilakukan analisis korelasi pearson. Rangkuman analisis data dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rangkuman hasil analisis korelasi kekuatan
otot lengan dengan kecepatan renang gaya kupu-kupu pada atlet renang kota
makassar.
Variabel
|
N
|
r
|
Pvalue
|
Keterangan
|
Kekuatan otot lengan ( X2)
Kecepatan Renang (Y)
|
30
|
0,830
|
0,000
|
Signifikan
|
Berdasarkan tabel 4 di
atas, terlihat bahwa hasil perhitungan korelasi Pearson, Diperoleh nilai r
hitung (ro) = 0,830 ( Pvalue < a 0,05 ), berarti ada hubungan yang signifikan antara
kekuatan otot lengan dengan kecepatan renang gaya kupu-kupu. Dengan demikian
jika atlet memiliki kekuatan otot lengan yang normal akan diikuti dengan
kemampuan renang gaya kupu-kupu yang cepat.
c.
korelasi sederhana kelentukan togok belakang terhadap kecepatan renang gaya
kupu-kupu
Data kelentukan togok belakang diperoleh melalui tes ekstension
dynamometer. Untuk mengetahui keeratan hubungan kelentukan togok kebelakang
terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu dilakukan analisis korelasi pearson.
Rangkuman hasil analisis data dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Rangkuman hasil analisis korelasi
kelentukan togok belakang terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu pada atlet
renang kota makassar.
Variabel
|
N
|
r
|
Pvalue
|
Keterangan
|
Kelentukan togok (X3)
Kecepatan Renang (Y)
|
30
|
0,826
|
0,000
|
Signifikan
|
Berdasarkan tabel 5 di
atas, terlihat bahwa hasil perhitungan korelasi Pearson Diperoleh nilai r hitung
(ro) = 0,826 ( Pvalue < a 0,05 ), berarti ada
hubungan yang signifikan antara kelentukan togok belakang dengan kecepatan
renang gaya kupu-kupu. Dengan demikian jika atlet memiliki kelentukan togok
belakang normal akan diikuti dengan kemampuan renang gaya kupu-kupu yang cepat.
d.
Korelasi Ganda antara kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan
kelentukan togok belakang terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu.
Korelasi ganda dilakukan untuk mengetahui keterkaitan variabel bebas
terhadap variabel terikat secara bersama-sama yaitu mengetahui keeratan
hubungan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan kelentukan togok
belakakng terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu.
Rangkuman hasil
analisis data dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Rangkuman hasil analisis korelasi
kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan, dan kelentukan togok belakang
terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu pada atlet renang kota makassar.
Variabel
|
R
|
R2
|
F
|
Pvalue
|
Keterangan
|
KOT (X1), KOL
(X2), KTB (X3)
Kecepatan Renang (Y)
|
0,856
|
0,733
|
23,831
|
0,000
|
Signifikan
|
Keterangan:
KOT = Kekuatan otot tungkai
KOL = Kekuatan otot lengan
KTB = Kelentukan
togok belakang
Berdasarkan tabel 6
diatas, terlihat bahwa hasil perhitungan koefisien korelasi ganda dengan
menggunakan uji-r regresi dikemukakan sebagai berikut; nilai r hitung (R) diperoleh sebesar 0,856,
nilai Rsquare (R2) diperoleh sebesar 0,733 ( Pvalue < 0,05 ) setelah dilakukan uji signifikan atau keberartian
korelasi ganda dengan menggunaka uji F regresi diperoleh F hitung sebesar
23,831 ( Pvalue < 0,05 ) maka H0
ditolak dan H1 diterima, berarti ada hubungan signifikan korelasi
kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan, kelentukan togok belakang terhadap
kecepatan renang gaya kupu-kupu 50 meter Atlet renang Kota Makassar.
4.
Pengujian Hipotesis
Ada empat buah hipotesis
yang diajukan dalam penelitian-penelitian ini. Keempat hipotesis tersebut harus diuji
kebenarannya melalui data empiris, setelah dilakukan pengujian dengan
menggunakan uji korelasi Pearson (statistik parametrik) maka diperoleh hasil
seperti berikut ini:
a.
Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan kecepatan renang gaya kupu-kupu.
Hipotesis statistik yang diuji :
H0: rx1y =
0
H1: rx1y ≠ 0
Hasil pengujian :
Dari
hasil analisis data dengan menggunakan uji korelasi, diperoleh nilai r = 0,745
( Pvalue < 0,05 ), maka H0 ditolak dan
H1 diterima, berarti ada hubungan yang signifikan antara kekuatan
otot tungkai dengan kecepatan renang gaya kupu-kupu. Hal ini mengandung makna
bahwa, apabila atlet memiliki nilai kekuatan otot tungkai normal maka diikuti
kecepatan renang gaya kupu-kupu yang cepat. Begitu pula sebaliknya apabila
atlet memiliki nilai kekuatan otot tungkai dibawah normal maka akan diikuti
dengan kecepatan renang gaya kupu-kupu yang lambat.
b.
Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan terhadap kecepatan
renang gaya kupu-kupu.
Hipotesis statistik yang diuji :
H0: rx2y =
0
H1: rx2y ≠ 0
Hasil pengujian :
Dari
hasil analisis data dengan menggunakan uji korelasi, diperoleh nilai r = 0,830
( Pvalue < 0,05 ) maka Ho ditolak dan H1
diterima, berarti ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan
dengan kecepatan renang gaya kupu-kupu. Hal ini mengandung makna bahwa, apabila
atlet memiliki nilai kekuatan otot lengan normal maka diikuti kecepatan renang
gaya kupu-kupu yang cepat. Begitu pula sebaliknya apabila atlet memiliki nilai
kekuatan otot lengan dibawah normal maka akan diikuti dengan kecepatan renang
gaya kupu-kupu yang lambat.
c.
Ada hubungan yang signifikan antara kelentukan togok belakang terhadap
kecepatan renang gaya kupu-kupu.
Hipotesis statistik yang diuji :
H0: rx3y =
0
H1: rx3y ≠ 0
Hasil pengujian :
Dari hasil analisis data dengan menggunakan uji korelasi,
diperoleh nilai r = 0,826 ( Pvalue < 0,05 ) maka Ho
ditolak dan H1 diterima, berarti ada hubungan yang signifikan antara
kelentukan togok belakang dengan kecepatan renang gaya kupu-kupu. Hal ini
mengandung makna bahwa, apabila atlet memiliki nilai kelentukan togok belakang
normal maka diikuti kecepatan renang gaya kupu-kupu yang cepat. Begitu pula
sebaliknya apabila atlet memiliki nilai kelentukan togok belakang dibawah
normal maka akan diikuti dengan kecepatan renang gaya kupu-kupu yang lambat.
d.
Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai, kekuatan otot
lengan dan kelentukan togok belakang terhadap kecepatan renang gaya kupu-kupu.
Hipotesis statistik yang diuji :
H0: Rx.123y = 0
H1: Rx.123y ≠ 0
Hasil pengujian :
Dari
hasil analisis data dengan menggunakan uji
regresi, diperoleh nilai r hitung (R) = 0,856, nilai Rsquare (R2)
sebesar 0,733. Rsquare dapat disebut koefisien determinasi yang dalam hal ini
73,3% hubungan yang signifikan variabel kekuatan otot tungkai, kekuatan otot
lengan, dan kelentukan togok belakang dengan kecepatan renang gaya kupu-kupu 50
meter atlet renang Kota Makassar.
Sedangkan 26,7% dapat dijelaskan oleh debab-sebab lain yang tidak diteliti pada
penelitian ini. Nilai R square berkisar 0 sampai 1, dengan catatan semakin
kecil nilai R square, semakin lemah hubungan keempat variabel tersebut. Jadi, Hal ini mengandung makna bahwa
apabila atlet memiliki hubungan secara bersama-sama variabel kekuatan otot tungkai,
kekuatan otot lengan, dan kelentukan togok belakang yang
normal atau baik maka akan diikuti dengan kecepatan renang gaya kupu-kupu yang
baik pula.
B.
Pembahasan
Hasil-hasil analisis
hubungan antara ketiga variabel bebas dengan variabel terikat dalam pengujian
hipotesis perlu dikaji lebih lanjut dengan memberikan interprestasi keterkaitan
antara hasil analisis yang di capai dengan teori-teori yang mendasari
penelitian ini. Penjelasan ini diperlukan agar dapat diketahui kesesuaian
teori-teori yang dikemukakan dengan hasil penelitian yang diperoleh.
1.
Ada
hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan kecepatan renang
gaya kupu-kupu.
Hasil yang diperoleh tersebut apabila
dikaitkan dengan kerangka berfikir dan teori-teori yang mendasarinya, pada
dasarnya hasil penelitian ini mendukung teori yang ada. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa apabila atlet memiliki kekuatan otot tungkai yang baik atau normal akan
dapat melakukan gerakan dolpin dengan cepat sehingga kecepatan renangan gaya
kupu-kupu lebih cepat pula.
2.
Ada
hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan terhadap kecepatan renang
gaya kupu-kupu. Hasil yang diperoleh tersebut apabila dikaitkan dengan kerangka
berfikir dan teori-teori yang mendasarinya, pada dasarnya hasil penelitian ini
mendukung teori yang ada. Hal ini dapat dijelaskan bahwa apabila atlet memiliki
kekuatan otot lengan yang kuat akan memiliki lengan yang kuat, lengan yang kuat
akan dapat melakukan gerakan menarik yang cepat dan kuat pada renangan gaya
kupu-kupu sehingga mampu melakukan renang gaya kupu-kupu yang cepat pula.
3.
Ada
hubungan yang signifikan antara kelentukan togok belakang terhadap kecepatan
renang gaya kupu-kupu. Hasil yang diperoleh tersebut apabila dikaitkan dengan
kerangka berfikir dan teori-teori yang mendasarinya, pada dasarnya hasil
penelitian ini mendukung teori yang ada. Hal ini dapat dijelaskan bahwa apabila
atlet memiliki kelentukan togok belakang yang lentuk atau normal, maka dapat
membantu melakukan gerakan recovery yang baik sehingga mampu melakukan hipo
pada renangan gaya kupu-kupu.
4.
Ada
hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara kekuatan otot tungkai,
kekuatan otot lengan, dan kelentukan togok belakang terhadap kecepatan renang
kupu-kupu. Hasil yang diperoleh tersebut apabila dikaitkan dengan kerangka
berfikir dan teori-teori yang mendasarinya, pada dasarnya hasil penelitian ini
mendukung teori yang ada. Hal ini dapat dijelaskan bahwa apabila atlet didukung
kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan, dan kelentukan togok belakang yang
baik atau normal maka atlet tersebut dapat melakukan renang gaya kupu-kupu
dengan cepat pula.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
Dalam bab ini akan
dikemukakan kesimpulan penelitian
sebagai tujuan akhir dari suatu penlitian, yang dikemukakan berdasarkan hasil
analisis data dan pembahasannya. Dari kesimpulan penelitian ini akan di
kemukakan beberapa saran sebagai rekomendasi bagi penerapan dan pengembangan
hasil penelitian.
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data
dan pembahasannya maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ada hubungan yang signifikan antara
kekuatan otot tungkai terhadap kecepatan renang pada gaya kupu-kupu atlet
renang Kota Makassar.
2. Ada hubungan yang signifikan antara
kekuatan otot lengan terhadap kecepatan renang pada gaya kupu-kupu atlet renang
Kota Makassar.
3. Ada hubungan yang signifikan antara
kelentukan togok belakang terhadap kecepatan renang pada gaya kupu-kupu atlet
renang Kota Makassar.
4. Ada hubungan secara bersama-sama yang
signifikan antara kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan, dan kelentukan
togok belakang terhadap kecepatan renang pada gaya kupu-kupu atlet renang Kota
Makassar.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis
data dan kesimpulan penelitian ini, maka dapat disarankan atau direkomendasikan
beberapa hal :
1. Untuk meningkatkan kecepatan renang
gaya kupu-kupu maka perlu diperhatikan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot
lengan dan kelentukan togok belakang seorang atlet.
2. Kepada para pelatih renang agar hasil
penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dalam melatih cabang olahraga
renang. Dalam hal ini komponen fisik kekuatan otot tungkai, kekuatan otot
lengan dan kelentukan togok belakang atlet dalam latihan dapat diperhatikan.
3. Kepada orang tua atlet dapat
memperhatikan gizi makanan anak-anaknya agar dapat tumbuh dengan baik menjadi
tinggi dan memiliki komponen fisik yang baik, sehingga lebih mudah diarahkan
pada prestasi yang maksimal.